Minggu, 21 Juni 2015

Mengulas Pisau T Kardin Type TK 96



Pisau adalah teman untuk beraktifitas di alam bebas. Aku pernah menggunakan beberapa jenis dan merk pisau. Pisau-pisau yang dijual di toko peralatan mendaki gunung atau toko peralatan rumah tangga dengan kualitas yang kurang baik dan cepat rusak. Jika dikalkulasi, total dari pisau yang (akhirnya) rusak itu seharga satu pisau dengan kualitas baik.

Sejak itu, Aku mulai melakukan pencarian di internet mengenai pisau-pisau yang berkualitas baik, dengan harga yang masih masuk akal. Beberapa pisau langsung dicoret, karena harganya sudah tidak masuk akal.


Aku memilih menggunakan pisau buatan T. Kardin dengan tipe T 96. Bilah pisau ini adalah sepanjang 5 inch dengan bahan baja D2. Baja itu merupakan baja unggulan dengan kadar karbon tinggi dan khromium tinggi, kekerasan tinggi max 64 Hrc. Walaupun cukup tahan tapi masih belum bebas karat, tetapi bahan ini sangat digemari pemakai pisau karena kekerasannya tinggi sehingga ketajamannya awet dan mudah diasah bila tumpul. Komposisi Kimia adalah: C=1.55% ; Si=0.25% ; Mn=0.35% ; Cr=11.8% ; Mo=0.80% ; V=0.95%.

Sementara, gagang pisau ini terbuat dari kayu dengan panjang 3,5 inch. Berat total pisau ini adalah 200 Gr. Pisau ini dilengkapi sarung dengan kualitas yang baik. Sarung itu terbuat dari kulit.

Genggaman 


Gagang pisau yang terbuat dari kayu memberikan kesan sederhana. Aku mencoba menggengam pisau ini dengan berbagai cara. Dari berbagai cara menggenggam, pisau ini terasa nyaman. Rasanya pas sekali ditanganku yang kecil. Selain dari desain, bobot dari pisau ini juga memberikan keseimbangan yang baik. 

Memotong Kertas 


Pisau ini belum pernah untuk memotong dan diasah ulang sejak dibeli. Aku melakukan tes awal ketajaman dengan memotong kertas. Pisau ini bisa memotong kertas dengan cukup lancar, dibeberapa bagian kertas terlihat micro chiping.

Menyerut dan Mengupas Kayu


Selanjutnya Aku coba gunakan pisau untuk menyerut kayu. Konstruksi gagang pisau sangat nyaman untuk menyerut kayu. Setelah beberapa menit menyerat dan menyerut kayu, Aku tidak merasakan terasa pegal pada tangan. Menyerut dengan pisau ini terasa smooth. Aku sudah membayangkan menyerut kayu untuk dijadikan pematik api unggun.

Memotong kayu


Aku coba untuk memotong kayu dengan ukuran 5 x 1 cm. Aku memotong dengan teknik membuat tebasan melingkari kayu. Kurang lebih membutuhkan waktu 1,5 menit. Bobot pisau cukup berdampak memotong menjadi lebih mudah. Tidak membutuhkan banyak tenaga untuk mengayunkan pisau.

Membelah Kayu


Bilah pisau cukup mudah masuk ke dalam kayu ketika dihantam dari punggung pisau dengan kayu lain. Punggung pisau-pun tidak mengalami gompal/bengkok akibat benturan dari kayu.

Aku juga mencoba merenggankan belahan kayu dengan cara menarik dan mendorong pisau ke kanan dan kiri untuk melihat apakah pisau akan bengkok atau patah. Tidak ada tanda-tanda bengkok atau patah, kayunya justru semakin terbelah.

Dahulu untuk membelah kayu, ketika kayu sudah terbelah, Aku biasa menggunakan kayu lain dengan ukuran sebesar belahan lalu di pukul dari atas menggunakan kayu yang lain. Dengan pisau ini, Aku tidak ragu untuk langsung membelah kayu.

Melubangi Kayu 


Selanjutnya Aku coba untuk membuat lubang pada kayu. Caranya dengan meletakkan ujung pisau di atas kayu lalu diputar sambil ditekan. Bentuk ujung pisau dan sudut lekukan yang tidak terlalu lebar mendukung untuk melubangi kayu, sehingga tidak perlu waktu lama untuk membuat lubang pada kayu. 

Memotong Kertas (lagi)



Aku menggunakan pisau untuk memotong kertas (lagi), setelah selesai menyerut, mengupas, memotong dan melubangi kayu. Pisau masih bisa memotong kertas walau tidak selancar sebelum dipakai. Di beberapa bagian kertas terlihat micro chiping dengan lebih jelas. 

Simpulan 

Alih-alih sebagai "pajangan", pisau ini memang untuk “digunakan”. Tidak semua produsen pisau yang menggunakan baja D2 mampu mengolah D2 dengan memuaskan ketika digunakan. Pisau ini memiliki ketahanan dan kekuatan yang cukup baik serta nyaman.

Dari sisi harga pisau ini setimpal dengan kualitasnya. Aku akan menggunakan pisau ini di aktifitas alam bebas, khususnya mendaki gunung. Tentu saja, dengan bahan dari D2, Aku tidak akan menggunakan pisau ini ketika beraktifitas di rawa, pantai dan laut [.] 





__________
Tulisan ini bukan posting berbayar.

Aku mencintai wangi tanah basah selepas hujan, bumi dan isinya. Dalam bahasa Yunani, wangi tanah basah itu adalah Petrichor. "Petrichor" ditulis oleh Erwin Dwi Kristianto - atau panggil saja "wien". Blog ini berisi catatan perjalanan dan kontemplasi hasil dari perjalanan itu.

5 komentar:

  1. sudah berapa kali di bawa ke alam bebas? segi negatifnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya selalu membawanya. Negatifnya cuma "agak" berat. Tapi itu cuma karena saya sekarang mencoba beralih ke UL.

      Hapus
  2. Ada update ngga gan? Ada t kardin buschraft lho. Saya mau beli tapi bingung pilih bahan d2 yg awet tajam atau 440C. Bagi saran dong. Minimal agankan dah pernah pake bahan D2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sependek saya pakai pisau D2 di alam bebas dengan penggunaan wajar, semenjak saya membeli hingga sekarang masih awet tajamnya. Ada bercak-bercak noda -bukan karat- tapi masih bisa saya toleransi. Toh ini bukan pisau untuk "pajangan"

      Hapus
  3. Dulu..punya teman tentara,sy pernah pegang pisau dinas yg dia bawa..Kokoh,sangat tajam,dengan sarung kulit terbungkus rapi. Dengan model yg katanya dia desain sendiri sblm dipesan. Eh.. Ternyata itulah pisau TKardin..Mantap..Jadi kepengen punya juga..(Aan Banjarmasin)

    BalasHapus

Kontak
Erwin
By Request
Nusantara