Minggu, 15 Maret 2015

Membuat Energy Bar untuk Mendaki Gunung Rakutak

Dahulu, Aku biasa memindahkan “dapur” ke vestibule tenda. Pernah, Ari nge-dumel sepanjang perjalanan mendaki Gunung Sundoro, karena membawa cobek. Iya, cobek. Alih-alih cobek kayu, melainkan cobek batu lengkap dengan ulegan-nya.

Jadi, niatnya kala itu mau membikin rujak buah di puncak Gunung Sundoro. Rujak buah! Bayangkan, selepas melewati kawasan ladang, summit attack ke puncak, lalu menikmati segarnya nanas muda, kedondong, mangga muda dan sambal gula merah pedas.

"iya enak, tapi berat kali bawa cobek!", Ari tersungut.

Cobek itu hanya satu kisah. Kisah lainnya adalah parutan dan kelapa. Parutan? Jadi, niatnya waktu itu akan membuat bubur kacang hijau. Sewaktu menu disusun, beberapa kawan sudah protes: "kenapa ga pakai santan instan aja?", kata mereka. "Ah, yang instan-instan mah ga enak.", jawabku singkat.

Kisah cobek dan parutan itu hanya dua dari beragam kisah memasak di gunung. Ia selalu jadi guyonan, bahkan setelah bertahun-tahun.

***

Lain dahulu, lain sekarang. Karena latah dan faktor tenaga yang kian merapuh, Aku akan mencoba ultralight backpacking ke Gunung Rakutak, tengah bulan ini. Gunung ini berada di Bandung Selatan. Hanya membutuhkan dua hari dan satu malam untuk mendakinya berdasarkan itinerary yang kususun.

Biasanya, mereka yang mencoba ultraligh backpacking, terlalu fokus di peralatan. Benar, peralatan yang tepat bisa menghemat berat. Tapi itu menjadi tidak berarti jika logistik yang dibawa masih model "kemping ceria". Konsekuensi lanjutan-nya adalah bahan bakar yang banyak. Belum lagi air untuk memasaknya. Jadi, selain peralatan, logistik sebisa mungkin tidak konvensional (lagi). 

Untuk itu, menu disusun. Menu untuk pendakian kali ini adalah: hari pertama, energy bar untuk siang dan sop dengan sayuran beku (biasa untuk pelengkap steak yang terdiri dari wortel, jagung manis, buncis) serta baso. Hari kedua, pancake coklat untuk pagi dan energy bar untuk siang hari.

Dengan menu itu, Aku tidak perlu memasak nasi (yang artinya menghemat air dan bahan bakar). Air yang dibawa hanya untuk minum dan sedikit untuk sop.

***

Makan siang hari kedua adalah energy bar. Energy bar ini dibuat di rumah. Energy bar adalah semacam snack yang mengandung energi tinggi. Jadi, cocok untuk aktifitas pendakian. Internet menyediakan cukup banyak resep snack ini sebagai referensi.
 
Berbagai resep itu coba dimodifikasi, sesuai dengan selera. Coklat, kurma dan mete adalah pilihanku. Selengkapnya, bahan-bahan yang diperlukan adalah: 300 gr kurma dipotong-potong; 280 gr mete mentah 75 gr; Bubuk kokoa; Garam secukupnya; Oatmeal secukupnya; Vanilli 2-3 sendok makan air dingin. 

Sementara, alat yang diperlukan hanya food processor (bisa diganti blender); Cetakan ukuran 11,5 x 4,5 inchi (29x12) dilapisi alumunium foil, dan microwave (bisa diganti oven).







Cara membuatnya sangat mudah. Pertama, membuat adonan. Campurkan kurma, mete, bubuk coklat dan garam ke dalam food processor. Campurkan dan olah sampai teksturnya hancur dan kasar (lebih enak masih kasar, sehingga terasa sewaktu digigit). Tambahkan oatmeal dan tambah vanilla, sedikit air dingin sekaligus sampai membentuk adonan lembab. Kedua, tuang adonan ke cetakan, tekan merata. Ketiga, masukkan ke dalam microwave selama 45 menit. Setelah 45 menit, angkat dan dinginkan selama sejam. 

Energy bar sudah siap. Nantinya, tinggal dipotong kecil dan dibungkus alumunium foil. Siap untuk bekal ke Gunung Rakutak. Cukup ringan dan praktis. Lebih dari itu, snack ini menyediakan kalori yang lebih dari cukup untuk kegiatan mendaki gunung [.]




Aku mencintai wangi tanah basah selepas hujan, bumi dan isinya. Dalam bahasa Yunani, wangi tanah basah itu adalah Petrichor. "Petrichor" ditulis oleh Erwin Dwi Kristianto - atau panggil saja "wien". Blog ini berisi catatan perjalanan dan kontemplasi hasil dari perjalanan itu.

2 komentar:

  1. ealah, aku baru browsing cara bikin oat bar pake kurma, malah muncul artikelmu mas, wkwkwk.. yakin ini mah resep maknya air wkwk =D

    BalasHapus

Kontak
Erwin
By Request
Nusantara