Rabu, 28 Januari 2015

Prolog: Mengapa Menulis di Blog

Sumber gambar: di sini

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama Ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” tulis Pram. Kutipan itu adalah kata seorang tokoh bernama Minke di novel Rumah Kaca. Kutipan dari halaman ke-352 itu sangat terkenal bagi sebagian orang.

Dahulu, Aku menulis di catatan kaki. Jika ada yang bertanya "mengapa kamu menulis catatan kaki?" Aku akan menjawab dengan kutipan dari novel rumah kaca itu. Semata agar terkesan progresif. Terkesan keren. Terkesan banyak membaca.

Ya, karena Catatan kaki diniatkan sedari awal untuk menulis teks dan tanda sebagai perlawanan terhadap kemapanan. Ah, niat yang terlalu muluk untuk blog yang pembacanya hanya di kisaran 200.000.


Tapi, jika mau lebih jujur, sejatinya Aku menulis blog untuk menunjukkan keakuan-ku, membangun altar egoku, sekaligus sebagai semacam memory eksternal - segala hal dari yang remeh hingga yang sangat remeh.

Karena itu, Aku memutuskan untuk menutup -entah hingga kapan- catatan kaki. Berbarengan dengan itu, Aku mulai menulis di blog ini. Petrichor [.]

Aku mencintai wangi tanah basah selepas hujan, bumi dan isinya. Dalam bahasa Yunani, wangi tanah basah itu adalah Petrichor. "Petrichor" ditulis oleh Erwin Dwi Kristianto - atau panggil saja "wien". Blog ini berisi catatan perjalanan dan kontemplasi hasil dari perjalanan itu.

0 komentar:

Posting Komentar

Kontak
Erwin
By Request
Nusantara