Minggu, 24 Mei 2015

Menu Bule di Lereng Gunung Sundoro

“Kang, libur kecepit besok, jadi naik gunung?” Kiki mengirim pesan melalui aplikasi whatsApp. saat itu, Aku sedang istirahat siang di kantor.

“Jadi dong. Kemping ceria kan?” jawabku.

“Bikin itin Kang. Sekalian menu dan pembagian logistik.” lanjut Kiki.

“Oke, nanti malam ya. Kalau sudah santai.”

***

Salah satu keseruan mendaki gunung adalah mempersiapkan menu. Perlengkapan boleh ultralight, namun tidak dengan menunya. Perut ini rasanya belum cocok dijejali dengan oat.

Begini-lah kalau tiga orang yang doyan kemping ceria di gunung berkumpul. Hasil-nya kemping ceria di lereng gunung yang memiliki ketinggian 3.136 mdpl. Anggota tim lainnya harus mengikuti. Otoriter.

Pendakian ini kami mencoba menu: black pepper sausage with mashed potato and vegetable sauté.

“Menu bule.” komentar Siska.

“Makanan apa itu?” protes Adi.

"Kentang Neng, kentang karo sosis." jawab Kiki mulai dengan logat Bekasi campur Banyumasnya. Dia kerap memanggil Adi dengan Oneng. Semena-mena.

“Sudah-lah Di, perutmu kan tong sampah. Pasti masuk kan?” jawabku sembari tertawa.

***

Flying camp kami berada di sebuah tempat sebelum pos empat. Dua tenda saling berhadapan. Tidak ada pendaki lain yang mendirikan tenda di sekitar kami.

Semakin malam udara semakin dingin. Cuaca cerah. Langit penuh dengan taburan bintang. Sebagian kawan mulai larut dengan beragam aktifitas. Ada yang mengelar tripod untuk memotret milky way. Ada yang di luar tenda, ngopi sembari memandangi Gunung Sumbing. Sementara, sebagian mulai bersiap-siap memasak makan malam.

Di vestibule masing-masing tenda sudah tergelar matras. Di atas matras sudah tersedia: tepung kentang, sosis, buncis, wortel, jamur kancing, paprika merah, paprika hijau, bawang bombay dan saus lada hitam. Siska meyiapkan bumbu dan mengiris sayuran. Aku dan Kiki menyiapkan sosis. Sementara Adi melanjutkan memasak air di trangia.

Setelah air matang, trangia dipersiapkan untuk memasak. Adi dan Kiki saling membantu menggoreng sosis. Setelah semua sosis selesai di goreng, dua trangia dipersiapkan bersamaan. Satu untuk membuat saus lada hitam. Sementara trangia lainnya untuk membuat tumis sayuran. Sembari dua kompor memasak, mashed potato dibuat.


Kami menggunakan tepung kentang untuk mashed potato. Jadi, hanya menyeduhnya dengan air panas. Idealnya tepung kentang itu dicampur sedikit susu, garam dan potongan daun bawang. Tapi, Aku lupa.

Untuk makan malam ini, masing-masing kami mendapat jatah, tiga sendok besar mashed potatoes, dua buah sosis goreng dan saus lada hitam serta satu porsi tumis sayur. Menurutku, menu ini merupakan menu yang cocok untuk di gunung. Selain lezat, tentu saja kaya protein. Cocok sebagai sumber energi untuk summit attact esok.

***  

Secangkir teh hangat menjadi penutup makan malam. Rasanya asyik mendaki gunung seperti ini. Merasakan kemping ceria di alam, makan sampai kenyang. Tanpa takut gemuk karena akan terbakar juga kalorinya. Keseruan ini bisa terlaksana asalkan mempunyai kawan yang asyik dan tentu saja sama-sama suka masak dan makan [.]


Aku mencintai wangi tanah basah selepas hujan, bumi dan isinya. Dalam bahasa Yunani, wangi tanah basah itu adalah Petrichor. "Petrichor" ditulis oleh Erwin Dwi Kristianto - atau panggil saja "wien". Blog ini berisi catatan perjalanan dan kontemplasi hasil dari perjalanan itu.

0 komentar:

Posting Komentar

Kontak
Erwin
By Request
Nusantara